Saya menyesalkan bahwa kesan pertama yang saya dapatkan adalah buruk. Petugas imigrasi di Bandara LCCT (Low Cost-Carrier Terminal) terasa less friendly terhadap kami, orang Indonesia. Tidak dapat disalahkan juga, mungkin hubungan antara Indonesia dan Malaysia yang terkadang memanas, menjadi salah satu hal penyebabnya. Atau, dengar-dengar, ini karena para TKI dari Indonesia yang di Malaysia sering menyalahi aturan. Misalnya, bekerja di Malaysia tapi tidak punya izin kerja. Dan mungkin, dengan penampilan saya yang awut-awutan saat itu, saya dikira TKW yang mau berulah di Malaysia. How sad.
Tips pertama: Jangan berpenampilan (maaf) kampungan seperti gembel kalau lagi di Malaysia, khususnya saat pertama datang di bandara.
Menginap di sebuah hostel bersama dua kawan saya -yang kemudian kami menyebut diri kami sebagai Trio Ransel, hehehe- di kawasan China Town, tepatnya Jalan Sultan, cukup menguntungkan kami karena hostel tersebut berada di kawasan turis yang ramai. Kami menginap di Backpackers Travelers Inn http://www.backpackerskl.com/ dengan hanya membayar 12 MYR saja, atau kurang dari Rp 40.000,00. Sebelumnya, kami telah mem-booking dengan hanya mengirim e-mail saja (tanpa uang DP) untuk kamar dorm. Karena kami bertiga cewek semua, saat itu resepsionisnya langsung bilang, "So I'll give you private dorm lah,"
Alhamdulillaah, akhirnya kami menempati kamar dorm (ada 4 kasur) untuk bertiga saja, tak perlu berbagi room dengan travelers cowok.
Daerah penginapan kami, China Town, merupakan daerah pecinan di Kuala Lumpur. Yah, walaupun kami kurang bisa menikmati makanan di sekitar sana, karena kebanyakan non-halal. Namun, di daerah Pudu Raya (tidak jauh dari China Town), ada restauran halal favorit kami: Shukran, di mana para pelayan restaurannya adalah para orang India yang baik-baik. 'Baik-baik' di sini, akan ada saya ceritakan ya.
Jadi, di Malaysia, penduduknya kebanyakan adalah keturunan India, Cina, dan Melayu. Masing-masing, menurut saya dan dua kawan saya, ada cerita tersendiri. Orang India di Malaysia tipikalnya adalah.. Err.. Bagaimana ya, entah, kami sering merasa tidak nyaman dengan mereka. Hal ini karena kami bertiga yang cewek-cewek semua ini, sering sekali 'dilihatin'. Dari atas sampai bawah. Sungguh, kami tak nyaman. Sedangkan orang Cina dan Melayu lebih cuek. Namun, biasanya, kalau kami menjumpai pasangan yang PDA (public display of affection alias bermesraan di depan umum), biasanya sih pasangan orang Cina, hihihi.
Selebihnya, para penduduk Malaysia ini sebenarnya ramah. Saya tidak merasakan adanya 'permusuhan' di sini. Ya kecuali di bandara itu.
Tips kedua: Bagi yang suka observing people seperti saya, coba perhatikan orang-orang di Malaysia. Entah ya, menurut saya ini menarik.
Dapat merasakan berpuasa Ramadhan di negeri orang, yaitu Malaysia, membuat saya sangat bersyukur. Di negara yang banyak muslimnya ini, tentu tidak sulit menemukan masjid dan makanan halal. Suatu hari yang benar-benar membuat saya berkesan, adalah pengalaman ta'jilan di Masjid Jamek.
Masjid Jamek, terletak tak jauh dari kompleks 'jajahan' kami selama di sana: China Town, Pudu Raya, Dataran Merdeka. Pokoknya, Masjid Jamek ini dekat dengan gedung HSBC. Kami tiba di sana di hari pertama, tepat saat maghrib. Tadinya kami ragu-ragu, sudah adzan, baru datang, kok pengin dapat makan ta'jil. Apalagi saat itu, para jama'ah wanita sudah mulai makan nasi ta'jilnya, dan yang pria masih antri mendapat ta'jil. Tak disangka, seorang petugas masjid yang membagikan bungkusan makanan, langsung memanggil kami dan.. KAMI LANGSUNG DIKASIH TIGA BUNGKUS NASI TA'JIL! Subhanallaah. Terharu sekali. Ternyata wanita didahulukan. Dan senangnya, kami berkenalan dengan orang Indonesia yang sudah tinggal lama di sana, namanya Bu Yel dan Bu Wis. Ah, saudara baru!
Seperti para wisatawan lainnya, saya mengunjungi spot-spot menarik di Kuala Lumpur, seperti Petronas, Bukit Bintang (yang penuh dengan mal), Genting Highlands (walaupun hanya karena ingin menikmati cable car saja, hihi), dan lain-lain. Saya rasa sudah banyak para travel-bloggers yang mengulasnya, jadi tidak akan saya bahas.
Kuala Lumpur, kota yang teratur, dengan masyarakat yang majemuk.
No comments:
Post a Comment